MELURUSKAN PRIA MINANG DIBELI KETIKA AKAN MENIKAH
perkara ini sdh menjadi perbincangan hangat dari waktu ke waktu & sdh menjadi rahasia umum bagi masyarakat Indonesia bahwa pria minang dibeli oleh calon istrinya ketika akan dinikahkan
Ada beberapa hal yang harus berakar di masyarakat Indonesia, mengapa masyarakat Indonesia, karena memang banyak masyarakat suku minang asli berasimilasi dengan suku lain, menikah, memiliki keturunan & beranan pinak di perantauan. Hal ini jg tidak bisa dihapus dari budaya masyarakat minang yg “mewajibkan” anak² mudanya pergi merantau & tidak boleh menetap di kampung halaman
Stereotip Pria Minang Dibeli
Beberapa hal yang kuat menjadi gambaran umum ttg fenomena pria minang dibeli oleh calon mempelai wanita antara lain :
1. Harga pria minang dibeli berdasarkan derajat pendidikannya. Semakin tinggi derajat pendidikan yg dicapai si lelaki minang, maka akan semakin tinggi harganya
2. Pria minang dibeli memang dibolehkan, namun nantinya setelah menikah, suami akan memiliki beban lebih seperti biaya pendidikan adik² sang calon istri & beban ekonomi keluarga lainnya
3. Pria minang dibeli meski belum memiliki status pekerjaan yg jelas, belum sejahtera secara ekonomi, tetap dipatok harga sesuai pendidikan & ini berlaku untuk semua proses lamaran hingga pernikahan di ranah minang
Yap, mungkin kita bisa menyimpulkan tiga informasi itu yang melekat erat di benak masyarakat umum ttg fenomena pria minang dibeli. Bahkan pernyataan & generalisasi seperti ini umum kita temukan ketika bergaul di lapangan. Anda yg masyarakat minang diperantauan ketika bertemu dengan masyarakat di luar sumatera barat, pasti pernah mendengar pertanyaan, "eh laki-laki diminang itu dibeli ya?"
Menurut beberapa literatur & sumber. Sebenarnya fenomena pria minang dibeli ini adalah sebuah proses menuju pernikahan yg disebut sebagai uang japuik. Keluarga dari pihak calon mempelai wanita akan memberikan beberapa hal kepada pihak calon mempelai laki² dengan maksud untuk memuliakan pasangan. Hal ini tentu bisa dipahami bagi mereka yang mempraktekkan hal ini, bagi yg tidak mungkin pemahamannya akan kurang terhadap uang japuik ini
Hal ini jg kental dengan budaya matrilineal yg dipegang teguh sampai sekarang oleh masyarakat minang, dimana posisi merujuk pada garis ibu, bukan garis bapak seperti pada umumnya
Pada zaman dulu, pengukuran hantaran pihak wanita kepada pihak lelaki sebenarnya menggunakan emas, bukan uang. Barulah menyesuaikan zaman, diganti dengan uang, namun dengan nilai yg setara dengan emas. Faktanya, harga lebih tinggi untuk strata sosial lelaki yg lebih tinggi jg benar adanya, makanya nilai uang japuik jg berdasarkan strata pendidikan atau derajat sosial si calon mempelai pria
TERINSPIRASI PINANGAN SITI KHADIJAH ATAS RASULULLAH
Untuk yang satu ini memang rada kontroversi, namun bagi sebagian orang, uang japuik ini terinspirasi dari kisah perjodohan Rasulullah Muhammad dengan istri pertama yaitu Siti Khadijah. Saat itu, Khadijah yg terpesona dgn segala kesempurnaan yg ada pada diri rasul ingin melamarnya
Dgn segala sesuatu di atas nabi, Khadijah memberikan sejumlah harta kepada Rasulullah, & akhirnya mereka menikah sebelum akhirnya Khadijah meninggal dunia
Pada dasarnya nominal uang japuik ini bisa dimusyawarahkan, namun berdasarkan beberapa sumber yang ada, kisarannya dari angka 5 juta rupiah, hingga kelipatan tinggi, bisa sampai 50 juta bahkan lebih. Lebih baik jika kedua calon pasangan memiliki derajat ekonomi yang cukup baik, jadi tidak ada keberatan dari salah satu pihak untuk mengeluarkan dana yang cukup besar
Seperti pada penjelasan di atas, nominal ini jg banyak yang berstandar pada derajat pendidikan atau strata sosial si calon mempelai pria. Jika mempelai pria adalah seorang sarjana, maka bisa saja uang japuiknya senilai 35 juta atau setara jumlah biaya kuliah pihak si laki². Namun, jika calon marapulai (sebutan untuk mempelai pria di ranah minang) pendidikannya tidak sampai pada tahap sarjana, mungkin hanya pada sekolah menengah atas, maka uang japuiknya jg pasti tidak akan mahal
Jika pihak wanita memang kekurangan secara ekonomi, maka sebaiknya pihak calon mempelai pria mengurangkan & memudahkan prosesi uang japuik ini. Hal ini tentu akan mempermudah proses pernikahan kedua insan yg sudah bersepakat untuk membangun rumah tangga
HANYA UNTUK ORANG PARIAMAN
Nah, secara umum masyrakat menilai fenomena ini diberlakukan di seluruh daerah minang kabau, tapi faktaknya, pria minang dibeli hanya ada pada budaya masyarakat Pariaman & sekitarnya. Sementara daerah lain di minangkabau tidak mengenal istilah uang japuik terlebih dari pihak wanita ke pihak pria
Jadi tidak harus takut untuk wanita² yg bukan berasal dari minangkabau, ketika jatuh cinta dan ingin menikah dengan pria minang, budaya ini tidak diterapkan, karena sudah lintas budaya. Biasanya pernikahan lintas budaya akan mengambil hal² yg umum & pantas untuk kedua belah pihak saja, tanpa mengunggulkan budaya salah satunya
Nah bagi Anda gadih² minang, seperti memang tidak akan risau, karena budaya seperti ini memang ada di daerah pariaman & beberapa di sekitarnya. Bagi yg memang ada calon suami yang berasal dari pariaman tidak perlu terlalu takut, karena uang japuik ini jumlahnya pasti & sg bisa dimusyawarahkan
Pada dasarnya, budaya setempat jgn sampai mempersulit pernikahan, karena pernikahan dua hal yang lebih penting, baik dari sisi psikologi, terutama dari segi agama, karena pernikahan umat muslim akan menyempurnakan kesempurnaannya. Para tetua adat, ninik mamak & perangkat adat setempat jg harus mahfum karena masyarakat minangkabau sgt menjunjung tinggi adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Atau dalam pengertian bahasa Indonesia, adat istiadat minangkabau harus berdasarkan pada syariat agama & syariat agama harus merujuk pada kitab Allah yaitu Al-Qur'an & Hadist
Syariat diatas segalanya, Adat Istiadat hanya melengkapi bukan merusak Syariat itu sendiri