Merakyat.my.id- Djaka Saputra, pria asal Desa Sikampuh, Cilacap, berhasil mencapai kesuksesan meski harus melewati berbagai rintangan dan lahir dari keluarga yang kurang mampu.
Sejak kecil, kehidupan Djaka sangat memprihatinkan. Saat masih duduk di bangku SMP Tamtama Kroya, ia sudah merasakan sulitnya mencari uang. Setiap malam, ia menangkap kodok hijau untuk dijual di Adipala demi mendapatkan uang saku untuk sekolah. Selain itu, Djaka juga memanfaatkan kali kecil di sekitar persawahan yang ditanami kangkung dan genjer. Setiap subuh, ia memetik sayuran tersebut untuk dijual di warung-warung. Sepulang sekolah, ia kembali ke warung untuk mengambil hasil penjualan sayurnya.
Karena kondisi ekonomi keluarganya yang sangat miskin, orang tua Djaka tidak mampu membayar biaya sekolah, sehingga ia terpaksa putus sekolah saat kelas 2 SMP. Meski demikian, ia tidak putus asa. Djaka kemudian membantu orang tuanya dengan menjadi buruh sawah, di mana ia hanya mendapatkan penghasilan sekitar Rp 130.000.
Perjuangan Menuju Kesuksesan
Dengan tekad kuat untuk mengubah nasib, Djaka merantau ke Palembang untuk mencari peruntungan. Di sana, ia mulai menjual jamu yang dibawanya dari kampung, berkeliling dari satu desa ke desa lain. Berkat kegigihannya, ia berhasil mengumpulkan cukup uang untuk membeli kios, sepeda motor, hingga mobil.
Selama berjualan jamu, Djaka bertemu dengan banyak orang dari berbagai profesi, termasuk mantri dan dokter di desa-desa. Para dokter tersebut bahkan sering meminta bantuan Djaka untuk membelikan obat atau peralatan medis dari kota.
Seiring waktu, pelanggan Djaka semakin bertambah, dan ia melihat peluang bisnis di sini. Dengan keuntungan yang diperolehnya, Djaka memutuskan untuk mendirikan apotek yang menyediakan berbagai macam obat dan peralatan medis.
Ketika keuntungannya semakin besar, Djaka membuka kios-kios yang disediakan gratis untuk para dokter yang ingin membuka praktik. Sebagai imbalannya, Djaka hanya meminta agar resep obat bisa ditebus di apoteknya. Strategi ini berhasil, dan apotek Djaka berkembang pesat hingga memiliki tiga apotek di Palembang.
Diversifikasi Bisnis
Djaka tidak hanya fokus pada bisnis apotek; ia juga merambah ke bisnis kelapa sawit. Pengalaman hidup dalam keterbatasan ekonomi membuatnya menjadi pebisnis yang tangguh. Ketika harga kebun kelapa sawit murah, Djaka memanfaatkannya untuk membeli beberapa kebun. Kini, ia memiliki 180 hektar kebun kelapa sawit.
Meski telah meraih kesuksesan, Djaka tidak lupa dari mana ia berasal. Ia kembali ke kampung halamannya dan membangun rumah senilai Rp 4 miliar. "Dulu, saya pergi hanya dengan membawa uang Rp 130.000, dan sekarang bisa pulang membangun rumah seharga Rp 4 miliar," ujarnya.
Kontribusi untuk Kampung Halaman
Djaka memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ketika kembali ke kampungnya, ia melihat masih banyak pengangguran. Dengan niat untuk membantu mengurangi angka pengangguran, ia memutuskan membuka bisnis bengkel aksesori mobil. Dengan kecintaannya pada dunia otomotif, Djaka tidak mewajibkan pekerjanya memiliki ijazah. Baginya, semangat kerja sudah lebih dari cukup.
Bersyukur, usahanya di Palembang tetap maju dan berkembang, dan kini bengkel aksesori mobilnya di Kroya pun semakin menarik banyak pelanggan.
Editor: Sutrisno Bachtiar Yusuf
Sumber : Dari Berbagai Sumber